“Banyak hal yang pengen diomongin tapi susah… akhirnya cuma
diem” kata saya suatu sore.
“Kalo susah ya sudah ditulis saja”. Itulah kalimat yang
kemudian diucapkannya.
Memang percakapan lewat sms itu di luar konteks asal muasal
obrolan kami. Tapi satu hal yang membuat saya berpikir, menulis.
Sebagai seorang perempuan, saya termasuk orang yang suka ngomong
dan cerita apa saja, apa adanya. Tapi itu hanya terjadi kepada orang-orang yang saya anggap dekat, untuk yang belum mengenal, bisa jadi persepsi mereka adalah saya orang yang sombong, cuek.
Sejak dulu, saya memang pribadi yang cuek, prinsip saya adalah
selama saya tidak merugikan orang lain, ya sudah..biarkan saja, jangan
diusik. Tapi ketika sudah merasa nyaman, kata-kata yang keluar dari mulut seakan tidak bisa berhenti. Semua pendapat di kepala, perasaan di hati, segala
cerita ingin diluapkan begitu saja, tanpa saringan. Itulah kenapa beberapa orang
menganggap saya terlalu jujur, terlalu polos, atau bahkan terlalu sadis. Yup, beberapa
orang tidak bisa tahan dengan “serangan” brutal kata-kata tanpa polesan.
Kemudian terpikir media lain untuk menyalurkan ‘kelebihan’
itu. Menulis. Mungkin dengan menulis, saya bisa lebih belajar menyusun kata-kata,
dengan menulis saya bisa meluapkan kata-kata tak terucap karena otak berjalan
lebih cepat dari apa yang ingin saya ucapkan, dan mungkin dengan menulis saya
bisa berbagi rasa dengan orang yang saya sayangi saat kata verbal terlalu sayang
untuk diucapkan terburu-buru. Agar kami bisa lebih meresapi makna.